Tuesday, April 21, 2009

DIRIMU? KENALKAH KAMU?

“Tidak ada cara ber-taqarrub (mendekatkan diri) seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku sukai selain melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Aku fardhu-kan kepadanya. Namun hamba-Ku itu terus berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan (sunnah) nawafil, sehingga Aku pun mencintainya. Apabila ia telah Aku cintai, Aku menjadi pendengarannya yang dengan Aku ia mendengar, (Aku menjadi) pengelihatannya yang dengan Aku ia melihat, (Aku menjadi) tangannya yang dengan Aku ia keras memukul, dan (Aku menjadi) kakinya yang dengan Aku ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, sungguh, akan Aku beri dia, dan jika ia memohon perlindungan-Ku, Aku benar-benar akan melindunginya.” (Hadits Qudsi riwayat Bukhari).


Perbualan yg perlu di fahami


“Siapa di situ?” “Saya, Tuan.”

“Siapa kamu?” “Bain, Tuan.”

“Apakah itu namamu?” “Benar, Tuan.”

“Aku tidak bertanya namamu. Aku bertanya siapa kamu.” “Eh, saya anak Misiran, Tuan.”

“Aku tidak bertanya kamu anak siapa. Aku bertanya siapa kamu.” “Saya seorang peniaga, Tuan.”

“Aku tidak menanyakan pekerjaanmu. Aku bertanya: siapa kamu?”


Termenung sebentar lalu Bain menjawab


“Saya seorang Muslim, pengikut Rasulullah SAW.” “Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu.”

“Saya ini manusia, Tuan. Saya setiap Jumaat pergi solat jumaat ke masjid dan saya pernah kasih sedekah. Setiap lebaran, saya juga berpuasa dan bayar zakat.”

“Aku tidak menanyakan jenismu, atau perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu.”


Akhirnya orang ini bertanya pada dirinya sendiri: siapa dirinya yang sebenarnya???.

Cuba fikir, adakah kita faham siapa kita, tradisi lazimnya mengklasifikasika sesuatu terhadap diri kita: nama, profesion, title, jenis kelamin, warna kulit, rambut dan sebagainya. Kita melabelkan diri kita dengan sesuatu itu, kita pun selesa dengan label itu, lalu merasa bahawa label itulah diri kita. Fikirkanlah apakah ‘aku’ sama dengan ‘tubuhku’?

Diri itu tersusun dari bentuk-bentuk lahir yang disebut badan atau jasad dan bentuk-bentuk batin yang disebut qalbu atau jiwa. Yang dimaksudkan dengan Qalbu itu bukanlah yang berupa segumpal daging yang dikatakan hati ataupun jantung. Tetapi dialah Roh suci dan berpengaruh di dalam tubuh dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota badan. Dialah Hakikat Insan Allah yang dinamakan diri yang sebenarnya diri. Dialah yang bertanggung jawab dan dialah yang dipuji atau diseksa oleh Allah SWT. Rangka jasad adalah bukti Kekuasaan dan KebijaksanaanNya dan penuh dengan berbagai-bagai alat kelengkapan yang dibuatNya sebagai tanda Kasih Sayang-Nya, pada keperluan hidup manusia, maka oleh kerana itu manusia akan mengetahui bahawa Allah itu ''ADA''. Oleh itu dengan penelitian dan pengenalan diri sendiri akan menjadi kunci bagi pengenalan Allah.


Tapi seberapa susahnya sebenarnya mengenal diri itu? Berapa pentingnya kah hal itu sehingga boleh menghantarkan seseorang pada suatu pengenalan yang sungguh agung, sesuatu yang dicita-citakan oleh siapa saja yang percaya, pengenalan akan Tuhan? Bukankah yang disebut “saya” ini ya saya, ya yang ini? Tidakkah kita semua tahu dan kenal diri kita sendiri?

Knowing others is wisdom
Knowing the self is enlightenment.
Mastering others requires force
Mastering the self requires strength.

- Tao Te Ching

Lu fikirlah sendiri!


Di petik dari beberapa blog, artikel dan buku